Makanan olahan berbahan dasar tahu, dapat dinikmati di berbagai daerah. Namun, keberadaan Tahu Pong, diakui hanya ada di Kota Semarang. Salah satu kedai legendaris yang menjajakan olahan berbahan dasar kedelai itu berada di Jalan Gajahmada 63 B. Bagaimana kisahnya?
TAHU, olahan berbahan dasar kedelai ini, disebut-sebut berasal dari Tiongkok pada awal 160 Sebelum Masehi (SM). Masyarakat kala itu, menjadikan tahu sebagai sumber protein dan nutrisi. Bahkan, selama Dinasti Han (antara 206 SM sampai 220 M) pada masa kejayaan kekaisaran Romawi, produksi kedelai di Tiongkok meluas.
Para biksu Budha pun membawa kedelai yang melimpah itu ke Jepang bersama resep pembuatan tahu. Kala itu, tahu dianggap sebagai sumber protein yang penting dalam pola makan vegetarian Budhisme di Asia Timur. Secara etimologi, istilah Mandarin standar untuk tahu dalam sistem penulisan ”pinyin” adalah ”doufu” (sebelumnya ditulis sebagai ”tou-fu” dalam sistem Wade-Giles, namun diucapkan ”doe-fu”). Dalam bahasa Kanton disebut ”tau-fu atau ”dau-fu” (keduanya diucapkan ”dau-fu”) dan di Hokkien disebut ”tau-hu” (diucapkan ”dau-hu”). Penyebutan kata yang paling awal diketahui pada sekitar tahun 950 AD, tepat sebelum dinasti Sung. Di Asia Tenggara, selain Vietnam dan Thailand yang berbatasan langsung dengan Tiongkok, tahu juga masuk juga ke Indonesia dan Malaysia.
Olahan tahu di Indonesia sudah beragam. Mulai dari tahu gimbal, wedang tahu, tahu bakso, nugget tahu, steak tahu, tahu ala katsu, rolade tahu, tahu gejrot, tahu campur, kerupuk tahu, tahu tek, tahu brintik, tahu berontak, tahu pletok, tumis taoge tahu, tahu perkedel, tahu orek, tahu isi, pepes tahu, sambal goreng tahu, batagor, tahu bacem hingga tahu pong.
Melegenda
Hidangan khas Semarang berbahan dasar tahu yang cukup melegenda salah satunya tahu pong. Nama pong berasal dari istilah ”kopong” yang berarti kosong atau tanpa isi. Tahu pong memang tidak memiliki daging padat atau tanpa isian. Awalnya, tahu pong dijajakan oleh Sutikno dan istrinya, Ngatini di Jalan Wahid Hasyim Kranggan pada 1950. Kemudian, mereka pindah ke Jalan Depok. Pada 1972, pindah lagi ke Jalan Gajahmada 63 B. Setelah Sutikno dan Ngatini wafat, usaha tahu pong dilanjutkan oleh anaknya, Marsiah (65). Kini, kedai Spesial Tahu Pong dikelola oleh generasi ketiga, Sigit Indriatmoko (41) bersama istrinya, Putri (32), dan seorang kerabatnya, Lestari (39), serta dibantu dua karyawan.
Tak hanya Tahu Pong, kedai ini juga menyediakan aneka varian tahu pong. Misalnya, tahu komplit yang berisi tahu pong, emplek, gimbal dan telor. Tahu kopyok telor, tahu pong gimbal telor, tahu pong gimbal, tahu pong telor, tahu pong emplek gimbal, tahu pong emplek telur dan tahu pong emplek, yang dipatok mulai Rp 10 ribu hingga Rp 28 ribu. Ketika penulis mencicipi salah satu menu, dilihat dari cara menyajikannya pun cukup sederhana sekali. Tahu pong ditemani dengan irisan timun dan kuahnya menggunakan kecap yang dicampur dengan petis dan bawang. Jika ingin pedas, disediakan wadah khusus yang berisi cabai yang sudah dihaluskan.(KS)
TAHU, olahan berbahan dasar kedelai ini, disebut-sebut berasal dari Tiongkok pada awal 160 Sebelum Masehi (SM). Masyarakat kala itu, menjadikan tahu sebagai sumber protein dan nutrisi. Bahkan, selama Dinasti Han (antara 206 SM sampai 220 M) pada masa kejayaan kekaisaran Romawi, produksi kedelai di Tiongkok meluas.
Para biksu Budha pun membawa kedelai yang melimpah itu ke Jepang bersama resep pembuatan tahu. Kala itu, tahu dianggap sebagai sumber protein yang penting dalam pola makan vegetarian Budhisme di Asia Timur. Secara etimologi, istilah Mandarin standar untuk tahu dalam sistem penulisan ”pinyin” adalah ”doufu” (sebelumnya ditulis sebagai ”tou-fu” dalam sistem Wade-Giles, namun diucapkan ”doe-fu”). Dalam bahasa Kanton disebut ”tau-fu atau ”dau-fu” (keduanya diucapkan ”dau-fu”) dan di Hokkien disebut ”tau-hu” (diucapkan ”dau-hu”). Penyebutan kata yang paling awal diketahui pada sekitar tahun 950 AD, tepat sebelum dinasti Sung. Di Asia Tenggara, selain Vietnam dan Thailand yang berbatasan langsung dengan Tiongkok, tahu juga masuk juga ke Indonesia dan Malaysia.
Olahan tahu di Indonesia sudah beragam. Mulai dari tahu gimbal, wedang tahu, tahu bakso, nugget tahu, steak tahu, tahu ala katsu, rolade tahu, tahu gejrot, tahu campur, kerupuk tahu, tahu tek, tahu brintik, tahu berontak, tahu pletok, tumis taoge tahu, tahu perkedel, tahu orek, tahu isi, pepes tahu, sambal goreng tahu, batagor, tahu bacem hingga tahu pong.
Melegenda
Hidangan khas Semarang berbahan dasar tahu yang cukup melegenda salah satunya tahu pong. Nama pong berasal dari istilah ”kopong” yang berarti kosong atau tanpa isi. Tahu pong memang tidak memiliki daging padat atau tanpa isian. Awalnya, tahu pong dijajakan oleh Sutikno dan istrinya, Ngatini di Jalan Wahid Hasyim Kranggan pada 1950. Kemudian, mereka pindah ke Jalan Depok. Pada 1972, pindah lagi ke Jalan Gajahmada 63 B. Setelah Sutikno dan Ngatini wafat, usaha tahu pong dilanjutkan oleh anaknya, Marsiah (65). Kini, kedai Spesial Tahu Pong dikelola oleh generasi ketiga, Sigit Indriatmoko (41) bersama istrinya, Putri (32), dan seorang kerabatnya, Lestari (39), serta dibantu dua karyawan.
Tak hanya Tahu Pong, kedai ini juga menyediakan aneka varian tahu pong. Misalnya, tahu komplit yang berisi tahu pong, emplek, gimbal dan telor. Tahu kopyok telor, tahu pong gimbal telor, tahu pong gimbal, tahu pong telor, tahu pong emplek gimbal, tahu pong emplek telur dan tahu pong emplek, yang dipatok mulai Rp 10 ribu hingga Rp 28 ribu. Ketika penulis mencicipi salah satu menu, dilihat dari cara menyajikannya pun cukup sederhana sekali. Tahu pong ditemani dengan irisan timun dan kuahnya menggunakan kecap yang dicampur dengan petis dan bawang. Jika ingin pedas, disediakan wadah khusus yang berisi cabai yang sudah dihaluskan.(KS)
suka banget makan tahu pong
ReplyDeletetadano indonesia