STEPHEN Hawking tetaplah seorang manusia biasa. Lebih tepatnya seorang laki-laki yang juga dapat merasakan jatuh cinta.
Kisah cinta Hawking dapat dilacak saat ia menjalani kuliah di jurusan Astro Fisika Universitas Oxford, Inggris. Pada suatu ketika, kampusnya sedang mengadakan sebuah pesta Malam Tahun Baru pada 1963. Dalam pesta tersebut, ia berjumpa dengan seorang gadis bernama Jane Wilde, mahasiswi Sastra Inggris Universitas Cambridge.
Menukil laman News, Rabu (13/3), pada saat menemukan cintanya itu, dirinya telah divonis terkena penyakit motor neuron, kerusakan pada fungsi sel saraf penggerak. Beruntung perempuan tersebut tidak mempermasalahkannya sehingga dua tahun kemudian pasangan tersebut melangsungkan pernikahan. Keduanya juga dikaruniai tiga anak. Anak pertama, Robert lahir pada 1967. Anak kedua bernama Lucy lahir pada 1967. Dan anak ketiga, Timothy lahir pada 1979.
Kehidupan ilmuwan kelahiran Oxford, 8 Januari 1942 bersama Wilde pun awalnya romantis. Dalam sebuah artikel di Telegraph, Wilde menyebutkan jika Hawking memiliki mata yang indah dan selera humor yang menyenangkan. ''Jadi kami selalu saja tertawa. Selain itu aku juga masih muda dan punya energi dan optimisme dan memang ada perbedaan. Tapi yang lebih penting dari segalanya adalah aku mencintainya dan ingin melakukan yang terbaik untuknya. Jadi kupikir akan mudah saja menghabiskan waktu dua tahun untuk membantu seseorang yang aku cintai, seseorang yang punya banyak potensi untuk mencapai ambisinya,'' kata Wilde.
Jane Wilde sebagai seorang kristiani dan pernah bersekolah di Saint Albans High School khusus wanita (sekolah yang sebagian muridnya menjadi misionaris) berusaha untuk menguatkan dirinya bahwa ia punya kekuatan yang cukup untuk hidup bersama Hawking.
Selain punya kekuatan mental dan batin yang cukup, Wilde juga sudah terpesona dengan kecerdasan Hawking. Wilde bukan seorang ahli matematika, juga tak jago soal fisika. Tapi suaminya selalu bisa menjelaskan banyak hal pada dirinya. Terkadang dia dan Hawking memandangi langit malam bersama dan menjelaskan semesta yang terus berkembang, bintang, dan lubang hitang. Wilde merasa Hawking bisa menjelaskan semuanya dengan cara yang sangat mudah dipahami.
Si jenius pun akhirnya divonis mengidap Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS). Dokter memvonis kalau umurnya tinggal dua tahun lagi. Wilde yang mengetahui hal itu, tetap tak berpaling dari Hawking. Ia justru menerima Hawking apa adanya.
Hidup keduanya memang bahagia. Wilde merawat Hawking dengan penuh kasih sayang, sampai akhirnya ia merasa kondisi seperti itu lambat laun berubah menjadi "neraka".
"Saya dulu tak bisa membiarkannya meninggal. Saya adalah pendukung hidup Stephen Hawking," tutur Wilde, seperti dikutip dari situs The Telegraph.
Wilde yang sulit menangani Hawking dan tiga anaknya sendiri itu, akhirnya mengaku sempat terlintas ingin bunuh diri.
"Hidup terkadang bisa sangat mengerikan. Saya lelah secara fisik dan mental. Saya seringkali berpikiran bunuh diri saja, tenggelamkan diri di sungai atau apapun, tapi tentu saja tidak saya lakukan karena teringat anak-anak saya," kenang Wilde.
Wilde kemudian menyadari ia membutuhkan peran pembantu untuk menolong kebutuhan keluarga kecilnya itu. Awalnya, ia merasa cukup tertolong, namun kondisi rumah tangganya malah semakin tersudut.
"Seiring kehadiran perawat untuk membantu Hawking, rumah tangga kami semakin tak karuan," kata Wilde lagi. Hawking dan Wilde seakan 'terpisah' secara emosional.
Kepopuleran Hawking di era 1980-an diakui Wilde juga memperparah kondisi pernikahan keduanya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk bercerai pada 1991.
Hawking memilih hidup bersama perawatnya, Elaine Mason yang kemudian ia nikahi. Sementara Wilde menikah dengan Jonathan Hellyer Jones dan tinggal tak jauh dari Hawking di Cambridge, Inggris.
"Kami berteman baik," ungkap Wilde tentang hubungannya dengan Hawking.
Wilde juga mengaku, ia sendiri masih sulit percaya apa yang ia telah lakukan selama ini untuk Hawking sejak film Theory of Everything rilis. Film tersebut menggambarkan bagaimana kerja keras seorang Jane Wilde dalam menghabiskan waktu bersama Hawking.
"Tepat saat para perawat datang ke rumah kami untuk merawat Hawking, rumah tangga kami rasanya jungkir balik," ungkap Wilde. Puncaknya lagi adalah ketika Stephen jatuh cinta pada perawatnya sendiri, Elaine Mason.
Setelah bertahun-tahun hidup bersama, Hawking dan Wilde akhirnya bercerai. Stephen pun sudah berpindah ke lain hati. Ia jatuh cinta pada Elaine. September 1995, setelah bercerai dengan Wilde, Stephen menikahi Elaine. Sementara Wilde melanjutkan hidupnya dan menikahi Jonathan.
Bagi Jane sendiri, perceraian itu sangatlah sulit. Tadinya ia berusaha untuk tetap optimis dan melanjutkan pernikahannya bersama Stephen. Namun, keadaan sudah tak memungkinkan lagi.
Siapakah sosok Elaine Mason ini? Melansir The Sun, Rabu (14/3), Elaine merupakan wanita berkebangsaan Inggris. Sebelum bekerja dan menikah dengan Hawking, Elaine diketahui pernah bekerja di sebuah panti asuhan di Bangladesh. Ia juga disebutkan pernah menikah dengan David Mason, suami pertamanya, yang merupakan seorang insinyur dan juga seseorang yang membantu untuk mengembangkan speech synthesiser Hawking. Speech synthesiser merupakan alat bantu bicara untuk Hawking.
Pada 1980-an menjadi waktu pertama pertemuan antara Hawking dengan Elaine, ketika Elaine memutuskan untuk menjadi perawat dan pengasuh Stephen. Sewaktu dirawat oleh Elaine, Stephen kala itu masih berstatus menikah dengan mantan istri pertamanya, Jane. Namun seiring waktu berjalan, Elaine dan Stephen semakin dekat dan akhirnya saling jatuh cinta, hingga di titik Elaine yang kala itu juga masih menikah dengan David, memutuskan untuk meninggalkan David dan dua putra mereka hasil pernikahan selama 15 tahun untuk bisa hidup bersama dengan Stephen.
Memutuskan untuk berpisah dengan sang pasangan resmi, Jane juga jadi keputusan yang diambil oleh Stephen. Kemudian Elaine dan Stephen diketahui memutuskan untuk menikah pada 1995 di Cambridge Register Office. Pernikahan keduanya sendiri, menuai banyak kritik di mana banyak yang menilai bahwa Elaine menikahi Stephen hanya demi harta alias demi uangnya semata. Namun tuduhan ini selalu dibantah oleh Elaine.
Namun pada akhirnya takdir berkata lain, pada 2006, keduanya memutuskan untuk bercerai setelah membina biduk rumah tangga selama kurang lebih 11 tahun lamanya. Alasan perceraian ini masih tidak jelas hingga sekarang. Akan tetapi rumor yang beredar kala itu, menyebutkan bahwa Hawking telah berselingkuh dari Elaine dengan perawatnya yang lain. Tetapi tuduhan tersebut disangkal oleh sekretaris Hawking, Judith Croasdell.
Selama 11 tahun pernikahan Elaine dengan Hawking, sederet rumor negatif membayangi sosok Elaine. Elaine berulang kali dituduh menyakiti Stephen secara fisik dan emosional, bahkan beberapa orang mengklaim bahwa Elaine telah memperlakukan serta mengontrol Stephen secara manipulatif. Hingga akhirnya secara resmi, Elaine bahkan diperiksa, melalui proses investigasi oleh pihak kepolisian menyangkut tuduhan tersebut.
Akan tetapi, kala itu Hawking sendiri menyangkal klaim tuduhan tersebut, walaupun muncul di hadapan publik pada 2000 dengan goresan dan lebam-lebam luka yang tidak bisa ia jelaskan. Hingga akhirnya tiga tahun kemudian, putri Stephen dari mantan istri pertamanya, yakni Lucy melaporkan kepada polisi karena merasa khawatir ayahnya telah dianiaya.
Namun, terlepas dari penyelidikan ekstensif yang telah dilakukan oleh petugas kepolisian, Elaine sendiri hingga berita ini dilansir, disebutkan tidak pernah dituntut atas melakukan tindakan kejahatan.
Seiring berjalannya waktu, hubungan Stephen dengan ketiga anak dan kedua mantan istrinya berangsur membaik. Terutama saat film The Theory of Everything ditayangkan. Kematian Hawking dalam usia 76 tahun, membuat anak-anaknya merasakan duka yang mendalam. Ia mampu bertahan selama 55 tahun setelah divonis mengidap ALS sejak berusia 21 tahun.Mereka pun menuliskan pesan yang berisi, "Kami sangat sedih karena ayah tercinta kami meninggal dunia hari ini. Dia adalah ilmuwan hebat dan pria luar biasa dalam pekerjaan yang dijalaninya bertahun-tahun. Keberanian dan ketekunannya telah mengilhami orang-orang di seluruh dunia. Dia pernah berkata, 'Tidak akan lagi alam semesta jika tidak ada tempat bagi orang yang Anda cintai. Kami akan merindukannya selamanya." Selamat Jalan Sang Jenius. (KS)
ijin share yah kak makasih
ReplyDeleteukuran bucket excavator pc 200