Adikku melanggar hukum
Aku yang menjadi saksi
Paman penuntut umum
Ayah yang mengadili
Walau ibu gigih membela
yang salah diputus salah...
JIKA menyebut lagu berjudul Keadilan, Perdamaian, Kota Santri, Pengantin Baru, Tahun 2000, Jilbab Putih, Ratu Dunia, tentu pikiran kita akan tertuju kepada sebuah grup religi legendaris asli Kota Semarang, Nasida Ria. Nama grup Nasida Ria memang sudah tak asing bagi kita. Grup yang didirikan oleh Mudrikah Zain pada 1975 itu saat ini tetap eksis. Undangan tampil ke berbagai kota di Indonesia maupun mancanegara terus mengalir.
Berdirinya grup berawal dari kelompok belajar mengaji yang diasuh oleh HM Zain, suami Mudrikah Zain. Dengan rebana, mereka membentuk kelompok qasidah. Setelah makin populer diundang ke berbagai acara religi, walikota Semarang yang saat itu menjabat memberi organ sebagai alat musik pertama mereka.
Nasida Ria kemudian muncul dengan ciri khas menonjol. Mengingat, selama dekade 70-an, di Indonesia belum ada grup qasidah didominasi perempuan yang memainkan alat musik modern lengkap. Alat musik modern menolong grup ini sehingga tak perlu terpatok pakem irama gambus padang pasir.
Dan, terbentuklah format Nasida Ria seperti sekarang ini. Nama Nasida Ria sendiri memiliki arti, lagu-lagu dakwah gembira, yang berasal dari kata nasyid dan ria. Sejak awal, jumlah personil selalu sembilan perempuan. Album pertama Alabaladil Makabul pun dirilis 1978. Disusul popularitas sepanjang dekade 80-90an berkat lagu Kota Santri, Bom Nuklir, Nabi Muhammad Mataharinya Dunia, dan Perdamaian.
Choliq Zain, pimpinan Nasida Ria Managemen menuturkan, Nasida Ria kini telah memasuki generasi ketiga. Dari sembilan personel perempuan sejak kali pertama dibentuk, hanya dua anggota lawas yang bertahan, yakni Rien Jamain dan Muthoharoh. Personel lainnya memutuskan keluar karena tak lagi menetap di Kota Semarang.
''Personel generasi pertama ada Hj Rien Jamain, Hj Mutoharo. Generasi kedua, Hj Afuwah, Hj Nur Hayati, Hj Hamidah, Hj Nur Janah, Hj Nadiroh, Sofiatun, Tantowiyah. Generasi ketiga, Ana, Romda, Titik dan Nazla Zain,'' katanya saat ditemui di basecamp Nasida Ria Management Jl Raya Tugu No 58 Semarang (seberang RSUD Adyatama Tugurejo).
Selain berpindah tempat tinggal, banyak personel Nasida Ria yang kini memiliki kesibukan lain. Selain tergabung dalam grup musik, juga harus mengurusi keluarga karena didominasi ibu rumah tangga. Dan kini, di tengah banyaknya grup musik ataupun penyanyi religi yang datang dan pergi, grup musik asal Kota Semarang ini masih tetap bertahan. Dari panggung ke panggung, mereka tetap dinantikan penggemarnya dari berbagai generasi.
Sebanyak 350-an lebih lagu bernapaskan dakwah Islam berirama Arab klasik diciptakan. Dan kebanyakan, lagu-lagu Nasida Ria diciptakan oleh KH Bukhori Masluri atau Abu Ali Haidar. Dan, di umurnya yang telah 42 tahun, awal 2018, Nasida Ria akan kembali meluncurkan album baru. Album baru itu nantinya akan menjadi album yang ke 35 untuk mengobati kerinduan para penggemarnya.
''Ada 10 lagu, lima lagu baru dan lima lagu lama. Saat ini sedang proses mixing. Diantaranya berjudul Indonesiaku, Semakin Transparan dan Bahaya Narkoba,'' tandasnya.
Diakuinya, meskipun lahir dan berkembang di Kota Semarang, saat ini Nasida Ria malah jarang tampil di Kota Semarang. Justru sejumlah Kota di Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan negara ASEAN, hingga negara-negara Eropa yang menjadi langganan Nasidar Ria untuk tampil.
Nasida Ria adalah petualang panggung sejati. Orderan menyanyi mereka merentang dari hajatan pernikahan, khitanan, pengajian, festival Jazz, acara musik indie, sampai festival musik islam internasional seperti Die Garten des Islam di Berlin, Jerman pada 1994 dan Festival Heimatklange pada 1996. Menghadapi perbedaan audiens di panggung, para personel Nasida Ria tak pernah risau.
Kuncinya menurut Gus Choliq, regenerasi personel Nasida Ria terus berjalan dan sudah disiapkan dengan seksama dan jangka panjang. Saat ini Nasida Ria Managemen juga memiliki Ezzura, grup qasidah perempuan yang umur personelnya berkisar 20-an tahun. Empat personel Ezzura biasanya jadi additional player saat Nasida Ria manggung. Di bawahnya, ada Qasidah Tanpa Nama yang anggotanya anak-anak SD dan SMP. Seperti sistem naik kelas, mereka ini nantinya akan menjadi personel Nasida Ria ketika waktunya telah tiba.
Ya, Nasida Ria merupakan salah satu bukti, bahwa untuk menjadi grup musik yang digandrungi dan dapat bertahan melawan waktu, bukanlah dengan mengikuti kemauan pasar. Melainkan dengan menciptakan pasar sendiri. (KS)
Comments
Post a Comment