Sebelum 1974, Genuk Masuk Wilayah Demak, Masjid Tertua Dibakar Belanda

Masjid Baitul Izzah di Jalan Raya Kaligawe, Kelurahan Terboyo Wetan, Kecamatan Genuk yang menurut warga disebut sebagai masjid tertua di wilayah Genuk dan pernah dibakar oleh tentara Belanda pada 1941
Genuk merupakan salah satu kecamatan di Kota Semarang yang berada di wilayah timur pusat kota. Memiliki 13 kelurahan, 93 RW dan 659 RT dengan jumlah jiwa mencapai 107.577 orang. Kawasan yang dahulu didominasi sawah dan tambak ini kini terus mengalami perubahan. Bagaimana sejarahnya?

MENYUSURI sejarah Genuk dengan bertemu beberapa orang tua, tokoh masyarakat maupun melalui literasi ditemukan beragam versi. Ada yang mengatakan, Genuk berasal dari kata bahasa jawa yaitu gentong.
Kala itu, Sunan Kalijaga bersama ajudanya pergi ke arah barat dari Kota Demak untuk mendirikan pondok persantren baru dan pemukiman baru. Karena berjalan kaki, ajudannya pun mengeluh hasu dan ingin membersihkan dirinya dengan air.
Sunan Kalijaga pun memberi petunjuk untuk menghampiri batu berbentuk gentong yang ada di wilayah itu. Saat ia mulai mendekati gentong itu, tiba-tiba muncul air. Dari depan gentong, sang ajudan pun melihat pemandangan yang indah.
Sang sunan pun berkata : " Ini tempat yang indah dan disini ada sebuah genuk(gentong) maka tempat ini kuberi nama genuk. Yang artinya gentong yang ada di tempat yang indah." Kemudian, warga di pun menyebut kawasan itu dengan nama Genuk.
Camat Genuk, Sumarjo pun tidak membantah adanya kisah tersebut. Karena, warga Genuk memercayai ajudan Sunan Kalijaga meninggal dan dimakamkan di Genuk, tepatnya di tengah Pasar Genuk.
Sementara itu Ketua LPMK Genuksari yang juga tokoh masyarakat dan sesepuh Kecamatan Genuk KH Maskuri menuturkan, terkait kisah itu pihaknya justru belum pernah mendengarnya. Akan tetapi, dari kisah yang disampaikan bapaknya dahulu, terkait dengan Masjid Baitul Izzah yang ada di Kampung Ngilir, Kelurahan Terboyo Wetan.
''Sebelum 1974, Genuk ikut wilayah Kabupaten Demak, termasuk Pedurungan. Ada masjid tertua, namanya Baitul Izzah yang didirikan oleh Kyai Abdurrahman. Pada 1941, masjid itu dibakar belanda, tetapi mustaka masjid tidak ikut terbakar. Masjid pun dibangun kembali dan mustaka masjid diperbesar dan dipasang lagi,'' tuturnya.
Kawasan Genuk, kata pensiunan Dinas Kesehatan Provinsi Jateng yang juga alumni Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Lirboyo Kediri itu, didominasi oleh persawahan dan tambak. Genuk sendiri keberadaannya terkait dengan Girikusumo, karena Kyai Abdurrahman merupakan santri Pondok Pesantren Girikusumo. Sehingga, ada kemungkinan, Sunan Kalijaga juga menginjakkan kaki di Genuk.
Wilayah Trimulyo, kata bapak tiga anak dan tujuh cucu itu, Terboyo Wetan maupun Terboyo Kulon pun dahulu juga menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Demak. Keberadaan Kali Sringin pun juga telah ada sejak dulu.
''Depan masjid dulu, menjadi pasar ikan, karena para nelayan diperkenankan berjualan oleh Mbah Kyai Abdurrahman,'' jelas warga RT 1 RW 4 Kelurahan Trimulyo itu, saat ditemui di kediamannya.
Camat Genuk Sumarjo juga menambahkan, wilayah Genuk kini berdiri lima kawasan industri, Pangkalan Truk, LIK, Merdeka Wirastama, Terboyo Megah, dan Banjardowo Baru. Akan tetapi, Genuk masih terus dibayang-bayangi bencana yang hampir setiap hari datang, yakni rob dan banjir.
Wilayah yang sampai saat ini masih menjadi langganan rob terjadi di Kelurahan Trimulyo, Genuksari dan Terboyo Wetan. Dengan proyek pembuatan talut di pantai utara, harapannya, ketiga kelurahan itu bebas dari rob lagi. Sementara, wilayah Gebangsari, genangan air yang terjadi disebabkan karena hujan, bukan rob.
''Kami berharap, peran serta masyarakat dan pemerintah kecamatan untuk selalu membersihkan saluran dapat mengatasi genangan-genangan yang ada di beberapa lokasi pada musim penghujan ini,'' katanya. (KS)

Comments

Post a Comment