Rumah sakit di Jalan S Parman No 5 ini usianya sudah 102 tahun. Didirikan oleh dokter Vihelm A Wille dan sejak dulu menjadi jujugan pasien mata. Kini, juga melayani pasien non mata, seperti penyakit dalam, bedah, syaraf, rehab medik, instalasi rawat bersalin, IGD, klinik umum, radiologi, laborat, dan farmasi. Lalu, bagaimana sejarah perjalanan RS ini?
BERDIRINYA Rumah Sakit Umum (RSU) William Booth tidak bisa lepas dari Bala Keselamatan, salah satu denominasi di kalangan Gereja Protestan yang terkenal dengan pelayanan sosialnya. Mereka melaksanakan program dapur umum untuk kaum miskin, rumah tumpangan, panti asuhan, rumah sakit, dan proyek-proyek pembangunan masyarakat.
Di Indonesia, Bala Keselamatan dirintis oleh dua orang opsir berkebangsan Belanda, Staf Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf Teodorus Van Emmerick pada 1894. Kemudian, pada awal 1907, Kapten dokter Vilhelm A Wille dan istrinya mendapat tugas memimpin pelayanan bagi orang-orang miskin dan orang-orang sakit di Bugangan Semarang. Banyak diantara mereka yang menderita penyakit mata.
Wille yang juga dokter ahli mata berkebangsaan Denmark kala itu mengalami kesulitan merawat para pasien karena keterbatasan peralatan serta kondisi bangunan klinik yang tidak memenuhi syarat untuk sebuah pelayanan kesehatan.
Namun, Wille tetap melakukan pelayanan dengan kondisi yang serba minim serta tidak menjadikannya sebagai kendala. Keberhasilan serta kemampuan Wille dalam menangani penyakit mata, tersiar keseluruh pelosok negeri, bahkan sampai luar negeri. Para pasien pun berdatangan dari Singapura, Muangthai dan Asia Timur.
Kemudian, pada 1914, untuk pertama kalinya Wille menemukan penyakit mata yang dikenal dengan nama xerophthalmia. Penyakit mata ini banyak terdapat pada anak-anak karena kekurangan vitamin. Dan pelayanan Wille telah menyelamatkan anak-anak dari kebutaan. Wille pun dipuji sebagai dokter ahli mata yang paling efisien di seluruh Hindia Belanda.
Karena fasilitas dan tempat pelayanan yang ada pada saat itu sudah mencapai taraf yang sangat memprihatinkan. Seorang pasien yang berhasil ditangani Wille menyumbangkan sebidang tanah di perbukitan selatan Kota Semarang. Ketulusan hati pasien itu, telah menggugah hati para penyumbang untuk memberikan sejumlah dana baik dari perorangan maupun dari Ratu Wilhelmina. Jumlah dana yang terkumpul mencapai 94.000 gulden.
Lalu, berdirilah bangunan rumah sakit yang diberi nama RS Mata William Booth yang pada 23 Juni 1915 diresmikan oleh Residen Semarang PKW Kern. Karena berdiri di atas perbukitan yang bernama Madurangin, masyarakat pun waktu itu menyebutnya RS Madurangin. Dengan ruangan dan peralatan yang sangat baik pada masa itu, seluruh pasien kemudian dipindahkan ke tempat yang baru, rumah sakit pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga dibutuhkan beberapa tenaga untuk membantu pelayanan.
Kepala Bidang Marketing RSU William Booth Logosta Dwi Ari Wibowo menuturkan, RS Mata William Booth pun berganti menjadi RSU mulai 1984 karena tidak hanya melayani pasien mata saja. RSU William Booth dibawah kepemimpinan dokter Sri Kadarsih MM terus berkembang.
''Kalau bangunan asli tinggal 15-20 persen saja, karena sudah ada perbaikan dan pengembangan. Apalagi, kami sedang menuju menjadi pusat rujukan penyakit mata di Jawa Tengah (Central Java Eye Center),'' katanya.
Dengan luas tanah sekitar 23 ribu meter persegi dan luas bangunan 3.652 meter persegi itu, RSU William Booth berdiri di atas dua wilayah kelurahan. Kelurahan Petompon dan Bendungan, Kecamatan Gajahmungkur dengan kapasitas 60 tempat tidur.
''Untuk pasien yang datang seriap hari antara 250-300 orang. Kalau dulu, pasiennya dari berbagai negara, sekarang ya beberapa daerah di Jawa Tengah maupun provinsi lain,'' ujarnya.
Gosta, sapaan akrab Logosta Dwi Ari Wibowo menambahkan, pada 1946, aktifitas di RS William Booth sempat terhenti karena perang dunia II. RS pun diambil alih oleh pemerintah Jepang.
Pada 1947 kedudukan Pemerintah Indonesia mulai nampak, sehingga Belanda menyerahkan RS kepada Pemerintah Indonesia. Kemudian, pada 1948, pemerintah menyerahkan RS secara utuh kepada Bala Keselamatan. Mayor Bass Karnbel merupakan opsir pertama yang memulai kembali pelayanan Bala Keselamatan di RS William Booth. (KS)
BERDIRINYA Rumah Sakit Umum (RSU) William Booth tidak bisa lepas dari Bala Keselamatan, salah satu denominasi di kalangan Gereja Protestan yang terkenal dengan pelayanan sosialnya. Mereka melaksanakan program dapur umum untuk kaum miskin, rumah tumpangan, panti asuhan, rumah sakit, dan proyek-proyek pembangunan masyarakat.
Di Indonesia, Bala Keselamatan dirintis oleh dua orang opsir berkebangsan Belanda, Staf Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf Teodorus Van Emmerick pada 1894. Kemudian, pada awal 1907, Kapten dokter Vilhelm A Wille dan istrinya mendapat tugas memimpin pelayanan bagi orang-orang miskin dan orang-orang sakit di Bugangan Semarang. Banyak diantara mereka yang menderita penyakit mata.
Wille yang juga dokter ahli mata berkebangsaan Denmark kala itu mengalami kesulitan merawat para pasien karena keterbatasan peralatan serta kondisi bangunan klinik yang tidak memenuhi syarat untuk sebuah pelayanan kesehatan.
Namun, Wille tetap melakukan pelayanan dengan kondisi yang serba minim serta tidak menjadikannya sebagai kendala. Keberhasilan serta kemampuan Wille dalam menangani penyakit mata, tersiar keseluruh pelosok negeri, bahkan sampai luar negeri. Para pasien pun berdatangan dari Singapura, Muangthai dan Asia Timur.
Kemudian, pada 1914, untuk pertama kalinya Wille menemukan penyakit mata yang dikenal dengan nama xerophthalmia. Penyakit mata ini banyak terdapat pada anak-anak karena kekurangan vitamin. Dan pelayanan Wille telah menyelamatkan anak-anak dari kebutaan. Wille pun dipuji sebagai dokter ahli mata yang paling efisien di seluruh Hindia Belanda.
Karena fasilitas dan tempat pelayanan yang ada pada saat itu sudah mencapai taraf yang sangat memprihatinkan. Seorang pasien yang berhasil ditangani Wille menyumbangkan sebidang tanah di perbukitan selatan Kota Semarang. Ketulusan hati pasien itu, telah menggugah hati para penyumbang untuk memberikan sejumlah dana baik dari perorangan maupun dari Ratu Wilhelmina. Jumlah dana yang terkumpul mencapai 94.000 gulden.
Lalu, berdirilah bangunan rumah sakit yang diberi nama RS Mata William Booth yang pada 23 Juni 1915 diresmikan oleh Residen Semarang PKW Kern. Karena berdiri di atas perbukitan yang bernama Madurangin, masyarakat pun waktu itu menyebutnya RS Madurangin. Dengan ruangan dan peralatan yang sangat baik pada masa itu, seluruh pasien kemudian dipindahkan ke tempat yang baru, rumah sakit pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga dibutuhkan beberapa tenaga untuk membantu pelayanan.
Kepala Bidang Marketing RSU William Booth Logosta Dwi Ari Wibowo menuturkan, RS Mata William Booth pun berganti menjadi RSU mulai 1984 karena tidak hanya melayani pasien mata saja. RSU William Booth dibawah kepemimpinan dokter Sri Kadarsih MM terus berkembang.
''Kalau bangunan asli tinggal 15-20 persen saja, karena sudah ada perbaikan dan pengembangan. Apalagi, kami sedang menuju menjadi pusat rujukan penyakit mata di Jawa Tengah (Central Java Eye Center),'' katanya.
Dengan luas tanah sekitar 23 ribu meter persegi dan luas bangunan 3.652 meter persegi itu, RSU William Booth berdiri di atas dua wilayah kelurahan. Kelurahan Petompon dan Bendungan, Kecamatan Gajahmungkur dengan kapasitas 60 tempat tidur.
''Untuk pasien yang datang seriap hari antara 250-300 orang. Kalau dulu, pasiennya dari berbagai negara, sekarang ya beberapa daerah di Jawa Tengah maupun provinsi lain,'' ujarnya.
Gosta, sapaan akrab Logosta Dwi Ari Wibowo menambahkan, pada 1946, aktifitas di RS William Booth sempat terhenti karena perang dunia II. RS pun diambil alih oleh pemerintah Jepang.
Pada 1947 kedudukan Pemerintah Indonesia mulai nampak, sehingga Belanda menyerahkan RS kepada Pemerintah Indonesia. Kemudian, pada 1948, pemerintah menyerahkan RS secara utuh kepada Bala Keselamatan. Mayor Bass Karnbel merupakan opsir pertama yang memulai kembali pelayanan Bala Keselamatan di RS William Booth. (KS)
Thanks and that i have a tremendous offer: What Renos Add Value entire home renovations
ReplyDelete