Gedung AKS dan SMA Ibu Kartini di Jl Sultan Agung 77, Dibangun Karsten, Pernah Jadi Sekolah Khusus Kaum Wanita
Bangunan di Jalan Sultan Agung 77 ini dahulu merupakan sekolah khusus bagi kaum wanita. Setelah menjadi AKS dan SMA Ibu Kartini, anak didiknya pun tidak hanya dari kaum wanita, tetapi tidak sedikit kaum pria yang bersekolah disini.
GEDUNG tua yang berada di antara Jalan Malabar dan Jalan Papandayan ini masih terlihat kokoh meski dibangun pada 1923. Bangunannya sendiri menghadap ke timur laut menghadap ke Jalan Sultan Agung dan berbentuk komplek.
Karena, terdiri dari bangunan aula, ruang kelas, dapur, toilet serta ruang lain yang terhubung dengan selasar. Bentuk atapnya pun limasan dengan bahan penutup dari genteng cetak bermerek de Zon atau matahari.
Bangunan yang dirancang oleh Ir Thomas Karsten pada 1923 ini awalnya menjadi sekolah khusus kaum wanita dengan nama Sekolah Van Deventer, tokoh pendidikan asal Belanda. Sementara, gedung ini awalnya milik Yayasan VDVS-Stichting yang dibangun karena kawasan Candi dikembangkan.
Paska kemerdekaan RI, gedung pun diambil alih oleh Yayasan Ibu Kartini pada 1950 yang tetap meneruskan misi pendidikan sebagai sekolah pendidikan kesejahteraan keluarga bagi kaum wanita.
''Dahulu, sebelum menjadi AKS dan SMA Ibu Kartini, menjadi sekolah guru atas (SGA), ada asrama, kamar untuk menginap siswa. Baru kemudian seiring perjalanan waktu, berdiri AKS dan SMA Ibu Kartini,'' tutur Direktur AKS Ibu Kartini Tri Rettagung Diana.
Dari buku Mengenal Yayasan Ibu Kartini Semarang yang diterbitkan pada 1984 disebutkan, Semarangse Van Deventer Stichting pada 3 Maret 1953 membubarkan diri, dan menyerahkan kekayaan baik berupa gedung maupun surat-surat penting kepada Yayasan Perkumpulan Van Deventer yang kala itu dipimpin oleh Nafsiah Boediono. Yayasan Van Deventer pun pada 1963 berubah nama menjadi Yayasan Ibu Kartini.
Baru pada 1984, berdirilah Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Ibu Kartini. gagasan mendirikan AKK pun diprakarsai oleh Minarti Indardjo, salah seorang pengurus Yayasan Ibu Kartini yang pada waktu itu juga salah seorang aktivis gerakan PKK di Jawa Tengah.
Dengan ijin operasional 22 Juni 1984 No. 1634/K/18/Kop.VI/1985 maka berdirilah Akademi Kesejahteraan Keluarga Ibu Kartini Semarang. Kemudian pada 31 Juli 1986 berubah Status Terdaftar dengan turunnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0510/0/1986. Dengan turunnya status terdaftar tersebut Akademi Kesejahteraan Keluarga Ibu Kartini Semarang berganti nama menjadi Akademi Kesejahteraan Sosial Ibu Kartini disingkat AKS Ibu Kartini. Saat ini AKS Ibu Kartini memiliki tiga program studi, Tata Busana, Tata Boga dan Tata Rias.
AKS Ibu Kartini menempati sisi kiri pendopo, SMA Ibu Kartini menempati sisi kanan pendopo. SMA Ibu Kartini sendiri berdiri pada 1981.
''Karena sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, tentunya kami butuh anggaran untuk merawatnya. Selama ini, masih dari anggaran yayasan, misalnya untuk pengecatan dan perbaikan lainnya,'' imbuh Retta, sapaan akrab Tri Rettagung Diana.(KS)
GEDUNG tua yang berada di antara Jalan Malabar dan Jalan Papandayan ini masih terlihat kokoh meski dibangun pada 1923. Bangunannya sendiri menghadap ke timur laut menghadap ke Jalan Sultan Agung dan berbentuk komplek.
Karena, terdiri dari bangunan aula, ruang kelas, dapur, toilet serta ruang lain yang terhubung dengan selasar. Bentuk atapnya pun limasan dengan bahan penutup dari genteng cetak bermerek de Zon atau matahari.
Bangunan yang dirancang oleh Ir Thomas Karsten pada 1923 ini awalnya menjadi sekolah khusus kaum wanita dengan nama Sekolah Van Deventer, tokoh pendidikan asal Belanda. Sementara, gedung ini awalnya milik Yayasan VDVS-Stichting yang dibangun karena kawasan Candi dikembangkan.
Paska kemerdekaan RI, gedung pun diambil alih oleh Yayasan Ibu Kartini pada 1950 yang tetap meneruskan misi pendidikan sebagai sekolah pendidikan kesejahteraan keluarga bagi kaum wanita.
''Dahulu, sebelum menjadi AKS dan SMA Ibu Kartini, menjadi sekolah guru atas (SGA), ada asrama, kamar untuk menginap siswa. Baru kemudian seiring perjalanan waktu, berdiri AKS dan SMA Ibu Kartini,'' tutur Direktur AKS Ibu Kartini Tri Rettagung Diana.
Dari buku Mengenal Yayasan Ibu Kartini Semarang yang diterbitkan pada 1984 disebutkan, Semarangse Van Deventer Stichting pada 3 Maret 1953 membubarkan diri, dan menyerahkan kekayaan baik berupa gedung maupun surat-surat penting kepada Yayasan Perkumpulan Van Deventer yang kala itu dipimpin oleh Nafsiah Boediono. Yayasan Van Deventer pun pada 1963 berubah nama menjadi Yayasan Ibu Kartini.
Baru pada 1984, berdirilah Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Ibu Kartini. gagasan mendirikan AKK pun diprakarsai oleh Minarti Indardjo, salah seorang pengurus Yayasan Ibu Kartini yang pada waktu itu juga salah seorang aktivis gerakan PKK di Jawa Tengah.
Dengan ijin operasional 22 Juni 1984 No. 1634/K/18/Kop.VI/1985 maka berdirilah Akademi Kesejahteraan Keluarga Ibu Kartini Semarang. Kemudian pada 31 Juli 1986 berubah Status Terdaftar dengan turunnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0510/0/1986. Dengan turunnya status terdaftar tersebut Akademi Kesejahteraan Keluarga Ibu Kartini Semarang berganti nama menjadi Akademi Kesejahteraan Sosial Ibu Kartini disingkat AKS Ibu Kartini. Saat ini AKS Ibu Kartini memiliki tiga program studi, Tata Busana, Tata Boga dan Tata Rias.
AKS Ibu Kartini menempati sisi kiri pendopo, SMA Ibu Kartini menempati sisi kanan pendopo. SMA Ibu Kartini sendiri berdiri pada 1981.
''Karena sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, tentunya kami butuh anggaran untuk merawatnya. Selama ini, masih dari anggaran yayasan, misalnya untuk pengecatan dan perbaikan lainnya,'' imbuh Retta, sapaan akrab Tri Rettagung Diana.(KS)
Comments
Post a Comment