Sumur "Panguripan" di Klenteng Sam Poo Kong

KISAH perjalanan Laksamana Tiongkok beragama Islam yang bernama Zheng He atau yang akrab disebut Cheng Ho di Kota Semarang tidak hanya meninggalkan jejak peninggalan sejarah dan tauladan. Kedatangan Cheng Ho ke Indonesia, bersama 30 ribu pasukan dengan 317 kapal membawa ajaran Islam dengan damai, tanpa peperangan, tanpa konflik disaat penduduk di kawasan ini beragama Hindu dan Budha.
Klenteng Sam Poo Kong yang menjadi petilasan itu pun sekarang tak hanya banyak dikunjungi umat Tionghoa tetapi juga umat beragama lainnya. Hal itu menjadi bukti bahwa Cheng Ho membawa semangat kerukunan beragama.
Nafas kehadiran Cheng Ho pun tidak hanya dengan bukti keberadaan klenteng yang ada di daerah Simongan, Semarang Barat. Bukti yang ada didalamnya pun menguatkan keberadaannya. Seperti beduk maupun gua yang didalamnya terdapat sumur yang tidak pernah mengering meski kemarau tiba.
Sumur tua peninggalan Cheng Ho itu pun kemudian disucikan hingga kini. Sumur tersebut dianggap suci airnya dan dipercayai dapat mengabulkan dan mengobati segala macam penyakit. Saat ini pemanfaatan sumur tersebut sudah menggunakan aliran pipa yang dipompa dari sumur dan mengalirkan airnya ke atas sehingga pengunjung dan peziarah yang akan mengambil air tersebut tidak kesulitan.
Tidak hanya penganut Khonghucu, Tao dan Buddha saja yang mengambil air tersebut, banyak peziarah muslim yang juga memanfaatkan air tersebut bagi keperluannya. Mereka meyakini, air yang berasal dari sumur tersebut dapat membantu memenuhi hajat mereka.
''Sebelum Konghucu ditetapkan sebagai agama di Indonesia, setiap warga yang bersembahyang di sumur itu selain membakar dupa juga melempar kion ke dalam sumur. Yang diartikan sebagai membuang sial. Akan tetapi, sekarang, aksi melempar koin itu sudah tidak ada,'' tutur pemandu wisata Klenteng Sam Poo Kong, Eni Sujono.
Eni pun menceritakan ketika masa kecil. Ia kerap bermain di klenteng itu karena kakeknya yang saat ini masih hidup, Mbah Mursyid (100) merupakan juru kunci gua dan sumur pada akhir 1960 hingga 1999. Karena hanya memiliki kedalaman sekitar satu meteran, ia pun bersama teman-teman sebayanya sering menceburkan diri ke dalam sumur untuk mengambil koin tersebut.
''Sekarang, gua itu hanya khusus untuk sembahyang. Warga pun tidak bisa mengambil langsung airnya, tetapi ketika ingin airnya, akan diambilkan oleh petugas yang berjaga. Mereka mempercayai, air itu untuk kesembuhan, menjaga kesehatan dan melancarkan usaha. Ada yang menyebut sumur itu dengan nama sumur Panguripan, ada yang menyebut sumur Cheng Ho dan sumur Sam Poo,'' ujarnya.
Dari beberapa sumber juga menyebutkan, dari sumur di gua itu, Cheng Ho dapat pulang ke negeri Cina. Mitos lainnya, pengunjung yang melampar uang di dalam sumur tersebut dapat membuang sial selama satu tahun. (KS)

Comments