PEMBERIAN nama suatu tempat atau jalan yang dikenal sebagai toponim, sudah dikenal masyarakat sejak awal keberadaannya. Dalam perkembangannya, pengertian toponim tidak hanya pada nama suatu tempat tetapi lebih luas, yaitu pada upaya untuk mencari asal-usul, arti, penggunaan, dan tipologi nama suatu tempat/daerah.
Begitu juga dengan keadaan di Kota Semarang, yakni kampung-kampung tradisional yang berkembang di sekitar pusat pemerintahan Kotapraja Semarang, diberi nama sesuai dengan nama profesi dari mayoritas penduduknya. Profesi penduduk itu sendiri, muncul sebagai akibat logis dari permintaan pasar dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah pusat-pusat pemerintahan.
Akan tetapi, pada masa kini, apakah berlaku pemberian nama bagi pemukiman di Jalan Menoreh Utara VIII yang dikenal sebagai Kampung Rental?
Disebut Kampung Rental menurut salah satu warga Jl Menoreh Utara VIII No 8, Edo Wisnu Wardhana (42) berawal dari kedatangan beberapa warga seperti Yuli, Lastri, disusul Jawadi, Yaeni, Irfan, Deni, Yosi, Rudi dan dirinya yang membuka rental atau persewaan mobil di kampung itu.
''Kalau yang pertama Bu Yuli pada 2006 menyewakan mobil. Kemudian warga pun belajar tentang bagaimana membuka usaha rental mobil. Akhirnya, sekarang hampir mayoritas warga disini memiliki usaha rental dan dikenal sebagai Kampung Rental,'' tutur warga kelahiran Purwodadi yang juga bapak dua anak itu, kemarin.
Mobil yang disewakan pun menurut Edo mulai dari Xenia, Avanza, Innova dan Mobilio, karena jenis mobil itu mejadi favorit masyarakat untuk kegiatan kantor maupun keluarga. Bahkan, untuk menyatukan para pengusaha, warga pun bersepakat membentuk Paguyuban Rental Mobil Amanah. Kegiatan paguyuban pun meliputi arisan bersama, wisata bersama, hingga kegiatan sosial seperti menengok tetangga yang sakit, saling membantu ketika ada kegiatan dan berkunjung ke panti asuhan.
Karena tidak semua warga memiliki garasi, jika malam hari, sepanjang jalan di kampung itu pun dipenuhi parkir mobil. Dan menurut Edo, warga lain yang tidak memiliki usaha rental pun tidak ada yang memrotes. Karena, keberadaan pemilik rental justru membantu warga dalam segala kegiatan.
''Misalnya, ketika ada peringatan 17 Agustus, pengusaha rental ini iurannya pasti banyak. Jika ada tetangga yang membutuhkan mobil, harganya pun murah, bahkan untuk kegiatan tertentu diberikan cuma-cuma,'' ujarnya.
Pantauan saya, tiap malam, hampir mayoritas para pemilik rental dibantu karyawannya bersama-sama mencuci mobil yang selesai disewa. Aktifitas itu membuat kampung pun hidup ketika malam hingga dini hari. Sehingga, menurut Edo, kampung pun menjadi aman karena pada malam hari ada aktifitas warga.
Menjelang lebaran pun, Edo mengaku kesibukan para pemilik rental pun bertambah, karena melayani masyarakat yang hendak menyewa mobil-mobilnya untuk mudik maupun berlebaran ke kampung halaman. Untuk tarif, mereka pun tidak saling perang harga, tetapi bersepakat memberi harga yang sama.
Misalnya untuk hari-hari biasa, biaya rental satu unit Avanza atau Xenia dipatok Rp 250 ribu. Jika dengan sopir, tarifnya pun bertambah Rp 100 ribu. Menjelang lebaran untuk harga sewa selama tujuh hari dipatok Rp 3,5 juta. (KS)
Begitu juga dengan keadaan di Kota Semarang, yakni kampung-kampung tradisional yang berkembang di sekitar pusat pemerintahan Kotapraja Semarang, diberi nama sesuai dengan nama profesi dari mayoritas penduduknya. Profesi penduduk itu sendiri, muncul sebagai akibat logis dari permintaan pasar dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah pusat-pusat pemerintahan.
Akan tetapi, pada masa kini, apakah berlaku pemberian nama bagi pemukiman di Jalan Menoreh Utara VIII yang dikenal sebagai Kampung Rental?
Disebut Kampung Rental menurut salah satu warga Jl Menoreh Utara VIII No 8, Edo Wisnu Wardhana (42) berawal dari kedatangan beberapa warga seperti Yuli, Lastri, disusul Jawadi, Yaeni, Irfan, Deni, Yosi, Rudi dan dirinya yang membuka rental atau persewaan mobil di kampung itu.
''Kalau yang pertama Bu Yuli pada 2006 menyewakan mobil. Kemudian warga pun belajar tentang bagaimana membuka usaha rental mobil. Akhirnya, sekarang hampir mayoritas warga disini memiliki usaha rental dan dikenal sebagai Kampung Rental,'' tutur warga kelahiran Purwodadi yang juga bapak dua anak itu, kemarin.
Mobil yang disewakan pun menurut Edo mulai dari Xenia, Avanza, Innova dan Mobilio, karena jenis mobil itu mejadi favorit masyarakat untuk kegiatan kantor maupun keluarga. Bahkan, untuk menyatukan para pengusaha, warga pun bersepakat membentuk Paguyuban Rental Mobil Amanah. Kegiatan paguyuban pun meliputi arisan bersama, wisata bersama, hingga kegiatan sosial seperti menengok tetangga yang sakit, saling membantu ketika ada kegiatan dan berkunjung ke panti asuhan.
Karena tidak semua warga memiliki garasi, jika malam hari, sepanjang jalan di kampung itu pun dipenuhi parkir mobil. Dan menurut Edo, warga lain yang tidak memiliki usaha rental pun tidak ada yang memrotes. Karena, keberadaan pemilik rental justru membantu warga dalam segala kegiatan.
''Misalnya, ketika ada peringatan 17 Agustus, pengusaha rental ini iurannya pasti banyak. Jika ada tetangga yang membutuhkan mobil, harganya pun murah, bahkan untuk kegiatan tertentu diberikan cuma-cuma,'' ujarnya.
Pantauan saya, tiap malam, hampir mayoritas para pemilik rental dibantu karyawannya bersama-sama mencuci mobil yang selesai disewa. Aktifitas itu membuat kampung pun hidup ketika malam hingga dini hari. Sehingga, menurut Edo, kampung pun menjadi aman karena pada malam hari ada aktifitas warga.
Menjelang lebaran pun, Edo mengaku kesibukan para pemilik rental pun bertambah, karena melayani masyarakat yang hendak menyewa mobil-mobilnya untuk mudik maupun berlebaran ke kampung halaman. Untuk tarif, mereka pun tidak saling perang harga, tetapi bersepakat memberi harga yang sama.
Misalnya untuk hari-hari biasa, biaya rental satu unit Avanza atau Xenia dipatok Rp 250 ribu. Jika dengan sopir, tarifnya pun bertambah Rp 100 ribu. Menjelang lebaran untuk harga sewa selama tujuh hari dipatok Rp 3,5 juta. (KS)
Comments
Post a Comment