Tanjakan Bukit Gombel

Ketika menyebut nama Gombel, mayoritas warga Kota Semarang, pasti akan langsung menyebut, sebuah bukit yang ada di sisi selatan Pasar Jatingaleh dengan jalan yang menanjak cukup berat, cerita mistisnya serta tempat yang sering terjadi kecelakaan.

GOMBEL diyakini merupakan pemekaran kawasan Semarang Selatan pada masa kolonial, yakni sekitar 1900. Sejauh ini, belum ada literatur yang menyebut sejarah pemberian nama wilayah itu.
Warga Kota Semarang mengaitkan nama wilayah itu dengan cerita tentang wewe gombel yang konon menunggu kawasan itu. Cerita itu semakin berkembang karena di jalan itu juga acap terjadi kecelakaan, yang kemudian dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis.
Ada pula yang menyebut nama Gombel merupakan pemberian Ki Ageng Pandanaran, yang berziarah di sebuah makam di Gunung Jabalkat. Ia berziarah dan melewati tanjakan terjal dan curam. Sejak saat itulah disebut sebagai Tanjakan Gombel. Di wilayah inilah dulu  digunakan sebagai area kuburan. Masyarakat Tionghoa dikabarkan sebagai pihak yang menentang rencana pembangunan jalan di selatan kota Semarang ini yang kala itu digagas oleh Belanda.
Akhirnya, penguasa wilayah itu saat penjajahan Belanda, Mr Baron van Heeckeren, mengusulkan kuburan di sekitar tanjakan Gombel itu khusus bagi kerabat dekat yang sudah dikubur di situ. Sekarang, kawasan itu disebut kawasan Kedungmundu. Pemekaran Semarang bagian Selatan sendiri dimulai pada tahun 1909.
Di kawasan Gombel, berdiri sejumlah perumahan elit, hotel, pemukiman, dealer mobil, arena golf, kafe, gardu pandang, serta berdiri puluhan tower pemancar, telekomunikasi, radio, maupun televisi. Karena, Gombel merupakan bukit tertinggi di Kota Semarang.
Lajur lalu lintas Gombel pun terbagi dua. Dari arah selatan, melintasi lajur Gombel Lama, sementara, dari arah utara, melintasi Gombel Baru. Kebijakan pemerintah itu dilakukan karena wilayah itu sering terjadi kecelakaan.
Menjelang malam, kini, kawasan tersebut mulai menunjukkan hidup. Restoran Gombel Indah, restoran Mutiara, restoran Alamanda, restoran Alam Indah, Massimo, Grand Panorama, Locus Karaoke, selalu dipadati pengunjung.
Apalagi ketika Sabtu malam, tak hanya restoran dan tempat hiburan yang ramai. Taman Tabanas dengan dilengkapi tugu setinggi 10 meter yang memiliki areal yang cukup luas, menjadi pilihan favorit warga Kota Semarang untuk menikmati pemandangan Kota Semarang bagian bawah. Tak hanya malam, pagi dan sore hari, tempat itu selalu jadi jujugan orang.
Sesepuh warga Jatingaleh, Sarmono (79) mengatakan, cerita mistis hanya berhembus dari mulut ke mulut. Karena, ia sendiri belum pernah melihatnya secara langsung, dan bapak empat anak itu pun tidak meyakini kebenarannya.
Akan tetapi, karena lokasinya yang strategis, Gombel yang menghubungkan kawasan Semarang atas dan Semarang bawah, menjadi tempat favorit dan selalu ramai dikunjungi.
''Dari ketinggian bukit ini, siapapun dapat menyaksikan lanskap Kota Semarang dengan jelas. Rumah-rumah penduduk, gedung-gedung perkantoran, pabrik-pabrik, hingga cerobong asap di pelabuhan serta kapal yang berlayar di laut pun bisa terlihat,'' katanya. (KS)

Comments