Kebanyakan sumur milik warga di wilayah Parang Kusumo, Tlogosari Kulon berasa asin. Akan tetapi, sejak kawasan itu belum menjadi perumahan, sumur yang ada di Jalan Parang Kusumo IX tetap terasa tawar. Bahkan, sumur yang dahulu dikelilingi makam ini masih sering didatangi warga dari dalam maupun luar Kota Semarang.
KEBERADAAN Sumur Towo di Jalan Parang Kusumo IX nyaris tak terlihat, karena berada di antara bangunan Pos Kamling RT 3 RW 3 dan Mushala At Taqwa. Sehingga, warga di luar Tlogosari, mungkin tidak tahu jika sumur yang pada jaman SDSB ini, sering didatangi warga.
Ketua RT 3 Ngadiyo (65) maupun Paino (66) warga Jalan Parang Kusumo IX Nomor 10 yang kediamannya tidak jauh dari sumur itu mengatakan, sebelum wilayah Parang Kusumo maupun Jalan Gusti Putri menjadi kawasan perumahan, merupakan ladang jagung dan makam.
Keberadaan sumur itu sendiri berada di tengah makam umum sekaligus tokoh babat alas Kampung Tlogo Timun dan Tlogo Kangkung. Sumur yang memiliki lobang berdiameter kurang dari dua meter dan kedalaman 10 meter itu, dahulu dikelilingi empat pohon jati. Bibir sumur pun dipagari dengan bambu.
''Pada 1987 lahan di kawasan ini dibuat perumahan dengan membuat kapling-kapling terlebih dahulu sebelum mendirikan rumah. Pengembang perumahan sempat terhenti, karena beberapa pekerja maupun alat berat tiba-tiba macet ketika hendak "membersihkan" sekitar sumur. Akhirnya, dua kapling dibiarkan kosong, tidak dibangun rumah. Oleh warga, sumur pun dirawat, sekaligus lahan yang kosong dibuat mushala dan pos kamling,'' tutur Ngadiyo, bapak dua anak dan enam cucu yang telah tinggal di perumahan itu sejak 1988.
Warga Tlogo Timun maupun Tlogo Kangkung, sampai saat ini pun masih sering menggelar upacara selamatan di sumur tersebut setiap malam satu Suro
atau satu Muharam. Mereka membawa beragam makanan seperti tumpeng, ayam ingkung dan jajan pasar yang dipimpin tokoh masyarakat. Beberapa warga dari Demak juga turut meramaikan acara.
Ramelan (67), yang kediamannya persis di depan sumur menambahkan, di tepi sumur, dahulu juga terdapat tempat untuk bertapa warga setiap malam Jumat Kliwon. Dari segi rasa, bapak lima anak dan enam cucu itu juga sempat heran. Meski sumur di daerahnya berasa asin, akan tetapi, sumur tersebut justru terawa tawar. Sehingga, warga pun memberi nama sumur tersebut dengan Sumur Towo.
''Towo itu artinya tawar. Tapi, kadang berwarna bening, kadang keruh. Dulu, beberapa warga sering menggelar upacara mengambil pusaka, dan mereka mendapatkan keris. Ada warga yang pernah melihat ular dan harimau yang sedang menunggui sumur itu,'' ujarnya.
Bahkan, tidak sedikit warga dari luar kota yang datang ke sumur tersebut dan mengaku, air tersebut dapat mengobati berbagai macam penyakit. Akan tetapi, Ramelan tidak bisa memastikan, karena belum pernah mencobanya sendiri. Wallahu a'lam bish shawab. (KS)
KEBERADAAN Sumur Towo di Jalan Parang Kusumo IX nyaris tak terlihat, karena berada di antara bangunan Pos Kamling RT 3 RW 3 dan Mushala At Taqwa. Sehingga, warga di luar Tlogosari, mungkin tidak tahu jika sumur yang pada jaman SDSB ini, sering didatangi warga.
Ketua RT 3 Ngadiyo (65) maupun Paino (66) warga Jalan Parang Kusumo IX Nomor 10 yang kediamannya tidak jauh dari sumur itu mengatakan, sebelum wilayah Parang Kusumo maupun Jalan Gusti Putri menjadi kawasan perumahan, merupakan ladang jagung dan makam.
Keberadaan sumur itu sendiri berada di tengah makam umum sekaligus tokoh babat alas Kampung Tlogo Timun dan Tlogo Kangkung. Sumur yang memiliki lobang berdiameter kurang dari dua meter dan kedalaman 10 meter itu, dahulu dikelilingi empat pohon jati. Bibir sumur pun dipagari dengan bambu.
''Pada 1987 lahan di kawasan ini dibuat perumahan dengan membuat kapling-kapling terlebih dahulu sebelum mendirikan rumah. Pengembang perumahan sempat terhenti, karena beberapa pekerja maupun alat berat tiba-tiba macet ketika hendak "membersihkan" sekitar sumur. Akhirnya, dua kapling dibiarkan kosong, tidak dibangun rumah. Oleh warga, sumur pun dirawat, sekaligus lahan yang kosong dibuat mushala dan pos kamling,'' tutur Ngadiyo, bapak dua anak dan enam cucu yang telah tinggal di perumahan itu sejak 1988.
Warga Tlogo Timun maupun Tlogo Kangkung, sampai saat ini pun masih sering menggelar upacara selamatan di sumur tersebut setiap malam satu Suro
atau satu Muharam. Mereka membawa beragam makanan seperti tumpeng, ayam ingkung dan jajan pasar yang dipimpin tokoh masyarakat. Beberapa warga dari Demak juga turut meramaikan acara.
Ramelan (67), yang kediamannya persis di depan sumur menambahkan, di tepi sumur, dahulu juga terdapat tempat untuk bertapa warga setiap malam Jumat Kliwon. Dari segi rasa, bapak lima anak dan enam cucu itu juga sempat heran. Meski sumur di daerahnya berasa asin, akan tetapi, sumur tersebut justru terawa tawar. Sehingga, warga pun memberi nama sumur tersebut dengan Sumur Towo.
''Towo itu artinya tawar. Tapi, kadang berwarna bening, kadang keruh. Dulu, beberapa warga sering menggelar upacara mengambil pusaka, dan mereka mendapatkan keris. Ada warga yang pernah melihat ular dan harimau yang sedang menunggui sumur itu,'' ujarnya.
Bahkan, tidak sedikit warga dari luar kota yang datang ke sumur tersebut dan mengaku, air tersebut dapat mengobati berbagai macam penyakit. Akan tetapi, Ramelan tidak bisa memastikan, karena belum pernah mencobanya sendiri. Wallahu a'lam bish shawab. (KS)
Comments
Post a Comment