Sanggar Walesan "Pak Yono" di Jalan Layur

Dari hobi yang sama, kelompok Sanggar Walesan yang dipimpin oleh Suyono ini tidak sekedar melakukan perburuan di lepas laut maupun berbincang dunia pancing dan ikan, tetapi juga berupaya menyelamatkan terumbu karang di berbagai tempat. Bagaimana kisahnya?

NAMA Jalan Layur menuju arah Pelabuhan Tanjung Emas Semarang ini sejak zaman Belanda sudah terkenal sebagai pusat penjualan uba rampe alat-alat mancing. Di kawasan yang dulu juga dikenal dengan sebutan Pasar Ngilir itu, hingga kini masih terdapat dua toko grosir dan lima toko pengecer yang menjual peralatan memancing. Mulai dari kail, benang pancing (senar), walesan (tongkat kail) sampai jaring ikan. Bahkan, tali penambat perahu juga dijual di tempat ini.
Predikat Jalan Layur sebagai pusat penjualan alat pancing pun semakin dikukuhkan dengan adanya Sanggar Walesan Pak Yono di Jalan Layur No 25. Di tempat ini, penggemar memancing bisa memesan segala jenis walesan, menggelar acara mancing bersama hingga upaya penyelamatan terumbu karang dengan membuat rumpon di lepas pantai.
Seperti Rabu (3/8) siang. Pendiri sekaligus penasehat Sanggar Walesan, Suyono (61) saat ditemui , tengah menyelesaikan walesan bersama anaknya, Yongki (38). Ada pula Andi (36), Rio Gemblong (23), Rio Tipis (19), Soni Sontong (34) dan Mario (63) yang terlihat santai sambil berbincang "ngalor-ngidul" tentang dunia perpancingan.
''Di sanggar ini, kami bisa berbagi info tentang walesan yang bagus, senar yang memiliki kekuatan menarik ikan di atas 10 kilogram, sampai merencanakan mancing bersama. Tempat yang sudah kita jelajahi diantaranya Cirebon, Pulau Alor, Wakatobi dan Palu,'' tutur Andi yang diamini Suyono.
Sebelum memancing bersama, mereka juga menyiapkan segalanya, mulai dari biaya yang dikeluarkan, perahu yang hendak digunakan, titik mancing hingga menentukan siapa yang menjadi pemandu agar hasil yang didapat memuaskan. Untuk menentukan kapan memancing, mereka menggunakan jadual cuaca yang diperoleh dari BMKG.
Banyaknya terumbu karang sebagai tempat berkembang biak ikan yang rusak pun menjadi perhatian sanggar yang beranggotakan penghobi mancing dari berbagai kalangan maupun klub ini. Pada 27 Maret 2016 lalu, mereka membuat terumbu karang buatan berbahan baku bis beton, jangkar bekas hingga kapal bekas di Kawasan Marina.
''Penggunaan jaring arad di Semarang ini masih diijinkan. Sehingga, merusak terumbu karang. Ini menjadi keprihatinan kami. Ketika terumbu karang rusak, otomatis ikan tidak ada,'' tutur Suyono yang akrab disapa Pak Yono.
Bapak lima anak dan semblan cucu itu juga mengisahkan, dua toko grosir peralatan pancing pun menambah Kawasan Layur makin lengkap. Karena, yang dijual tidak lagi walesan bambu, tetapi juga terbuat dari plastik dan fiber glass banyak dijual di sana. Sementara, Yono lebih banyak melayani pembuatan walesan berbahan karbon, karena tak mudah patah. Harganya pun dipatok mulai Rp 500 ribu.
''Dulu, sebelum ada walesan modern, saya yang mengawali berjualan walesan dari bambu. Secara khusus, saya mendatangkan bambu dari Kopeng dan Dieng. Tapi, seiring waktu berjalan, pemancing berganti walesan berbahan karbon atau bekas stik golf,'' ujar Yono yang juga melayani pesanan walesan di kediamannya Jalan Kalicilik 106 selain di sanggarnya. (KS)

Comments