Takjil Gratis, Bubur India, Nasi Kotak hingga Kopi Arab

ADZAN Maghrib belum berkumandang. Akan tetapi, kesibukan takmir masjid tua yang ada di Kota Semarang untuk menyiapkan menu buka puasa cukup luar biasa. Beragam menu takjil selalu disiapkan jauh hari sebelum ramadan tiba. Agar saat pelaksanaan berlangsung baik, lancar dan mengena.
Pembagian takjil di masjid tua yang ada di Kota Semarang telah berlangsung rutin dengan menu yang khas. Di Masjid Jami' Pekojan, Jalan Petolongan Nomor 1 misalnya. Menu bubur india selalu diberikan oleh takmir masjid kepada masyarakat saat buka puasa.
Imam Besar Masjid Jami' Pekojan KH Idris Muhammad menuturkan, masakan itu disediakan secara khusus sejak 56 tahun yang lalu oleh pengurus masjid. Bubur India itu sejatinya sama dengan bubur beras pada umumnya. "Yang membedakan bubur ini adalah cara pembuatan dan bumbu rempahnya. Beras direbus dalam sebuah panci tembaga besar kemudian diberi tambahan bumbu seperti santan kelapa, garam, bawang merah, bawang putih, jahe, serai, pandan wangi, kayu manis, dan cengkeh," tuturnya.
Setiap hari, 20 kilogram beras yang dimasak menjadi bubur itu selama Ramadan dibagikan sedikitnya pada 200-an orang, baik masyarakat sekitar, tukang becak, maupun kuli panggul Pasar Johar yang berbuka puasa di masjid tua itu.
Tradisi berbuka dengan Bubur India, kata bapak yang memiliki tujuh anak dan 20 cucu itu, adalah peninggalan komunitas muslim India, Pakistan dan Arab yang dahulu tinggal di Kampung Pekojan. ''Setelah seharian pencernaan kita kering, menu bubur menurut para dokter bagus untuk menjaga pencernaan,'' jelasnya.
Sebelum salat Asar, H Ngatiman (71) yang bertugas sebagai juru masak itu mulai memasang kayu bakar dan panci besar. Usai beras dicuci, kemudian dimasukkan ke dalam panci besar yang airnya mulai mendidih. ''Memasak bubur dengan kayu bakar, membuat rasanya memang berbeda. Setelah matang, saya tinggal dahulu untuk salat Asar berjamaah, baru kemudian saya dibantu pengurus masjid menyajikannya dalam piring,'' ujarnya.
Selain Masjid Jami' Pekojan, Masjid Kauman atau Masjid Agung Semarang yang ada di Jalan Aloon-aloon Barat juga memiliki aktifitas rutin setiap ramadan yakni membagikan air zam-zam kepada para jamaah yang berbuka di masjid itu. Air dari sumber mata air di Saudi Arabia itu menjadi salahsatu menu utama selain takjil.
Ribuan liter air zamzam kembali disiapkan selama bulan ramadan sebagai salah satu "menu wajib" dari takjil yang dibagikan kepada masjid saat berbuka nanti. Sebagai pasangannya, air zamzam selalu dipadu dengan tiga butir kurma yang dibungkus plastik kecil.
Pengurus takmir Masjid Agung Semarang, Muhaimin mengatakan dalam sehari jamaah masjid yang mendapatkan takjil spesial itu sekitar 400 orang. Sebelumnya digelar pengajian interaktif. Saat itulah takjil spesial mulai dibagikan kepada jamaah masjid. Disusul kemudian usai sholat tarawih ada kuliah tujuh menit atau kultum.
Selain air zamzam dan kurma, ada juga makanan berbuka yang setiap hari menunya berbeda tergantung dermawan yang memberikan bantuan. Meski demikian ia tidak khawatir akan kekurangan takjil atau makanan. ''Tidak pernah kurang, malah sering lebih. Kalau lebih biasanya diberikan kepada warga sekitar masjid,'' tuturnya.
Seperti halnya berbagai masjid lainnya di dunia, Masjid Layur di Jalan Layur, kelurahan Dadapsari, Semarang Utara juga menawarkan kegiatan buka bersama sepanjang bulan Ramadhan. Selain dapat menikmati takjil kurma dan kuliner lainnya, para jamaah dapat menikmati kopi Arab. Salah satu keunikan kopi Arab terdapat pada kombinasi kopi yang dipadu dengan beragam rempah khas nusantara seperti jahe, daun pandan, cengkeh dan kayu manis. Selain dikenal enak, tentu saja kopi ini menawarkan sensasi aroma yang begitu khas.
Nurul, salah satu pembuat Kopi Arab mengatakan, bahan-bahan Kopi arab terbuat dari beberapa bahan rempah-rempah yakni diantaranya, cengkeh, kapulaga, kayu manis, daun jeruk, serai, daun pandan, dan jahe, dan bahan rempah tersebut berufungsi  menyegarkan tubuh dan mencegah penyakit dalam.
''Menu ini sudah menjadi tradisi turun temurun yang ada didaerah tersebut sejak awal masjid berdiri ditahun 1802, atau di massa Hindia Belanda. Setiap harinya kita sediakan sekitar 50 porsi. Selain kopi arab, ada kurma, nasi bungkus maupun gorengan. Warga sekitar biasanya ada yang memberikan menu lainnya untuk para musafir yang berbuka disini,'' paparnya.
Sesepuh kampung dan imam masjid, Salim menambahkan, pembuatan kopi dahulu dilakukan di dapur masjid, namun lama kelamaan diserahkan kepada dirinya yang kebetulan bertempat tinggal di sebelah masjid. ''Tradisi ini sudah sejak massa nenek moyang, minuman ini bermanfaat untuk menghangatkan badan,'' tuturnya. (KS)

Comments