Sejak perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS membuka jalur kereta api Surabaya-Semarang pada 1900-1924, Babat menjadi salah satu daerah penting di pelintasan kereta api sisi utara Jawa. Berkat akses yang terbuka, kue wingko khas Babat pun melegenda hingga Semarang.
YA, wingko memang lebih banyak dikenal di Semarang daripada di kota asalnya, Babat, Lamongan, Jawa Timur. Hal ini bisa terjadi tidak lepas dari "perjalanan panjangnya" menuju Semarang menjelang kemerdekaan RI.
Wingko merupakan sejenis kue yang terbuat dari kelapa muda, tepung beras ketan dan gula. Wingko sangat terkenal di pantai utara pulau Jawa. Kue ini sering dijual di stasiun kereta api, stasiun bus atau juga di toko-toko kue untuk oleh-oleh keluarga.
Wingko biasanya berbentuk bundar, biasa disajikan dalam keadaan hangat dan dipotong kecil-kecil. Wingko dapat dijual dalam bentuk bundar yang besar atau juga berupa kue-kue kecil yang dibungkus kertas. Kombinasi gula dan kelapa menjadikan kue ini nikmat. Harga kue ini dapat bervariasi tergantung tempat menjualnya dan merek wingko ini.
Wingko yang paling terkenal dibuat di Semarang. Ini menyebabkan banyak orang yang mengira bahwa wingko juga berasal dari kota ini. Meskipun demikian, wingko babat sebenarnya berasal dari Babat, daerah kecil di Lamongan, Jawa Timur atau titik persimpangan Bojonegoro, Jombang, Tuban, dan Surabaya.
Wingko memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah Lamongan. Ada banyak perusahaan penghasil wingko yang memperkerjakan banyak orang. Kelapa yang digunakan untuk bahan wingko ini diambil dari daerah-daerah sekitar.
Dari beberapa literatur disebutkan, kehadiran wingko di Kota Semarang diawali dari suasana perang pada 1944. Wanita asal Babat, Loe Lan Hwa, bersama suaminya, The Ek Tjong, dan dua anaknya mengungsi dari kota kecil Babat ke Semarang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup di Semarang, Loe Lan Hwa meneruskan usaha keluarganya di Babat, membuat kue wingko, yang diperolehnya dari ibunya, Djoa Kiet Nio, dan ayahnya, Loe Soe Siang.
Di Stasiun Tawang, Semarang, Loe Lan Hwa menjajakan kue wingko kepada setiap penumpang KA yang singgah. Banyak orang menyukainya dan lambat laun wingko buatannya semakin populer sebagai penganan khas Semarang. Ia pun menamainya wingko babat, sesuai daerah asalnya, dengan merek Cap Kereta Api.
Ilustrasi kereta api yang dibuat dalam kemasan wingkonya merupakan pilihan dari D Mulyono, karena ketertarikannya dengan gambar kereta api pada sampul muka buku formulir isian saran di gerbong restorasi. Pada awalnya dia menggunakan gambar kereta api dengan sebutan Cap Spoor. Tapi kemudian, sesuai perkembangan bahasa Indonesia, kata-kata Cap Spoor diganti dengan Cap Kereta Api.
Kue wingko babad cap Kereta Api buatan Loe Lan Hwa itu semakin terkenal dan dicari banyak orang untuk oleh-oleh dari Semarang. Hal ini pun lalu menarik orang lain untuk mencoba membuat kue yang sama dengan menggunakan gambar kereta api juga sebagai mereknya, walau gambarnya tidak sama seratus persen. Ada pula yang menggunakan gambar kapal laut dengan nama dan merek berbeda tentunya.
Untuk mengembangkan variasi berdasarkan selera para pelanggan, hingga Oktober 2014 setidaknya, Wingko Babad Kereta Api sudah memiliki 5 varian rasa yakni, rasa original, pisang raja, durian, coklat dan nangka. Dengan rasanya yang khas dan inovasi yang tiada henti, Wingko Babad Kereta Api berhasil mempertahankan loyalitas para pelanggannya. Lonjakan permintaan Wingko Babad Kereta Api bahkan melonjak ketika weekend dan musim liburan.
''Kalau menjelang Idul Fitri dan liburan, permintaannya selalu tinggi dan meningkat, kami pun harus cepat merespon permintaan pasar. Meski banyak muncul merek-merek wingko di Semarang, banyak konsumen memilih kami,'' ujar Nanik, karyawan wingko babad cap kereta api saat ditemui di tokonya Jl Cenderawasih 14, Kawasan Kota Lama. (KS)
YA, wingko memang lebih banyak dikenal di Semarang daripada di kota asalnya, Babat, Lamongan, Jawa Timur. Hal ini bisa terjadi tidak lepas dari "perjalanan panjangnya" menuju Semarang menjelang kemerdekaan RI.
Wingko merupakan sejenis kue yang terbuat dari kelapa muda, tepung beras ketan dan gula. Wingko sangat terkenal di pantai utara pulau Jawa. Kue ini sering dijual di stasiun kereta api, stasiun bus atau juga di toko-toko kue untuk oleh-oleh keluarga.
Wingko biasanya berbentuk bundar, biasa disajikan dalam keadaan hangat dan dipotong kecil-kecil. Wingko dapat dijual dalam bentuk bundar yang besar atau juga berupa kue-kue kecil yang dibungkus kertas. Kombinasi gula dan kelapa menjadikan kue ini nikmat. Harga kue ini dapat bervariasi tergantung tempat menjualnya dan merek wingko ini.
Wingko yang paling terkenal dibuat di Semarang. Ini menyebabkan banyak orang yang mengira bahwa wingko juga berasal dari kota ini. Meskipun demikian, wingko babat sebenarnya berasal dari Babat, daerah kecil di Lamongan, Jawa Timur atau titik persimpangan Bojonegoro, Jombang, Tuban, dan Surabaya.
Wingko memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah Lamongan. Ada banyak perusahaan penghasil wingko yang memperkerjakan banyak orang. Kelapa yang digunakan untuk bahan wingko ini diambil dari daerah-daerah sekitar.
Dari beberapa literatur disebutkan, kehadiran wingko di Kota Semarang diawali dari suasana perang pada 1944. Wanita asal Babat, Loe Lan Hwa, bersama suaminya, The Ek Tjong, dan dua anaknya mengungsi dari kota kecil Babat ke Semarang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup di Semarang, Loe Lan Hwa meneruskan usaha keluarganya di Babat, membuat kue wingko, yang diperolehnya dari ibunya, Djoa Kiet Nio, dan ayahnya, Loe Soe Siang.
Di Stasiun Tawang, Semarang, Loe Lan Hwa menjajakan kue wingko kepada setiap penumpang KA yang singgah. Banyak orang menyukainya dan lambat laun wingko buatannya semakin populer sebagai penganan khas Semarang. Ia pun menamainya wingko babat, sesuai daerah asalnya, dengan merek Cap Kereta Api.
Ilustrasi kereta api yang dibuat dalam kemasan wingkonya merupakan pilihan dari D Mulyono, karena ketertarikannya dengan gambar kereta api pada sampul muka buku formulir isian saran di gerbong restorasi. Pada awalnya dia menggunakan gambar kereta api dengan sebutan Cap Spoor. Tapi kemudian, sesuai perkembangan bahasa Indonesia, kata-kata Cap Spoor diganti dengan Cap Kereta Api.
Kue wingko babad cap Kereta Api buatan Loe Lan Hwa itu semakin terkenal dan dicari banyak orang untuk oleh-oleh dari Semarang. Hal ini pun lalu menarik orang lain untuk mencoba membuat kue yang sama dengan menggunakan gambar kereta api juga sebagai mereknya, walau gambarnya tidak sama seratus persen. Ada pula yang menggunakan gambar kapal laut dengan nama dan merek berbeda tentunya.
Untuk mengembangkan variasi berdasarkan selera para pelanggan, hingga Oktober 2014 setidaknya, Wingko Babad Kereta Api sudah memiliki 5 varian rasa yakni, rasa original, pisang raja, durian, coklat dan nangka. Dengan rasanya yang khas dan inovasi yang tiada henti, Wingko Babad Kereta Api berhasil mempertahankan loyalitas para pelanggannya. Lonjakan permintaan Wingko Babad Kereta Api bahkan melonjak ketika weekend dan musim liburan.
''Kalau menjelang Idul Fitri dan liburan, permintaannya selalu tinggi dan meningkat, kami pun harus cepat merespon permintaan pasar. Meski banyak muncul merek-merek wingko di Semarang, banyak konsumen memilih kami,'' ujar Nanik, karyawan wingko babad cap kereta api saat ditemui di tokonya Jl Cenderawasih 14, Kawasan Kota Lama. (KS)
baru tau ternyata dari lamongan yah
ReplyDeletekomatsu loader
Iya, di Lamongan, tepatnya di kecamatan Babat sendiri, ada wingko Loe Lan Ing. Inilah wingko yg dibuat oleh orang tua dr Loe Lan Hwa sejak thn 1898. Loe Lan Ing sndiri adalah saudara dari Loe Lan Hwa yg meneruskan usaha ini di Babat sana. Skrg tokonya sudah dipegang oleh generasi kelima keluarga mereka
ReplyDelete