Kampung Spoorlaan Kelurahan Kemijen, Stasiun Pertama di Indonesia yang Jadi Pemukiman Warga

HASIL penelitian pemerhati sejarah Kota Semarang yang juga dosen Jurusan Arsitektur Unika Soegijapranata Ir Tjahyono Rahardjo MA bersama dosen Undip Karyadi Baskoro dan Deddy Herlambang pada 2008 untuk mengetahui jejak sejarah stasiun kereta api pertama di Indonesia membuahkan hasil. Menurut mereka, posisi Semarang sebagai titik awal perkeretaapian di Indonesia tak terbantahkan setelah mempelajari buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia yang diterbitkan oleh Tim Telaga Bakti Nusantara pada 1997.
''Dalam buku itu disebutkan, stasiun pertama di Indonesia ada di Kemidjen dengan kereta api yang berjalan dengan rute Semarang-Tanggung sepanjang 26 kilometer. Tapi dari sumber lain seperti buku De Tramwegen op Java (Samarang-Joana- Stoomtram Mij, 1907), Gedenkboek der Staatsspoor- en Tramwegen in Nederlandsch-Indie 1875-1925 (Reitsma, 1925), dan Riwayat Semarang (Liem Thian Joe, 1933) tidak menyebut secara eksplisit. Mereka hanya mengatakan bahwa jalur kereta api pertama adalah: Samarang (Semarang)-Allas Toewa (Alastuwa)-Broemboeng (Brumbung)-Tangoeng (Tanggung),'' papar Tjahjono.
Nama-nama itu, kata Tjahjono, juga yang tertulis di jadwal perjalanan yang pertama, yakni pada 1 Agustus 1867. Anehnya, kata dia, nama stasiun itu diambil dari nama desa, bukan kota. Gambar stasiun Kemi(d)jen pun menunjukkan bangunan yang lebih mirip rumah sinyal daripada stasiun serta Kemi(d)jen sendiri berada di lintasan Semarang - Demak (SJS), bukan di jalur Semarang - Solo - Yogya (NIS). Untuk menjawab pertanyaan itu, Tjahjono pun mempelajari peta-peta tua Semarang dari tahun 1866, 1869, 1909, 1917, 1925, 1935 dan 1938.
''Peta-peta lama itu ditumpangkan pada foto satelit Google Earth. Hasilnya menunjukkan bahwa stasiun ini terletak di ujung Jalan Ronggowarsito (Spoorlaan). Yang sangat membantu adalah koleksi foto JA Meesen di KITLV dengan tulisan het eerste station van de Nederlandsch Indische Spoorwegmaatschappij, gebouwd 1867,'' katanya.
Bukti bahwa stasiun pertama di Indonesia itupun diketahuinya setelah melakukan riset maupun berkunjung ke Kampung Spoorlaan. Bangunan yang dimaksud Tjahjono itu kini berubah menjadi Asrama Sporland. Deretan rumah yang dihuni keluarga pensiunan PT KAI itu dihuni sekitar 30 KK. Lokasinya hanya berjarak sekitar 500 meter dari bekas Stasiun Kemijen, tepatnya di RT 2 RW 3, Kelurahan Kemijen.
Dari pantauan saya, masih dijumpai beberapa ciri yang sama dengan foto JA Meesen, diantaranya berupa lubang angin, konsol besi melengkung seperti huruf S, bentuk balok kayu atap, serta ambang pintu melengkung seperempat lingkaran. Keempat ciri tersebut terlihat di rumah yang dihuni keluarga Ngatiyem, suami dari mantan masinis kereta api, almarhum Suyono. Ambang pintu terdapat di tembok kamar tidur Ngatiyem yang dengan ketinggian satu meter.
''Kalau dulu tingginya tiga meter, sekarang tinggal satu meter karena ambles oleh rob,'' ujar ibu tujuh anak yang empat anaknya tinggal di asrama tersebut, kemarin.
Sadli, salah seorang pensiunan PT KAI yang pada  1975 pernah berdinas di Stasiun Kemijen setengah membenarkan paparan Tjahjono. Menurut dia, stasiun Kemijen hanya dipergunakan untuk rumah signal keret api. ''Kalau memang menjadi stasiun yang sebenarnya, seharusnya Stasiun Kemijen dilengkapi dengan peron pemberangkatan penumpang serta gudang barang. Dua penanda itu memang tidak ada,'' ujarnya. (KS)

Comments