AIR MATA IBU

Hari ini kurenungi lagi perjalanan hidupku, belum banyak yang bisa kuberikan untuk membahagiakan ibuku. Masih banyak ku berkutat pada permasalahan rumah tanggaku sendiri yang cukup banyak menyita waktu. Sampai suatu saat ku utarakan kegundahanku akan kontribusi yang sangat minim dariku untuk membahagiakannya. Namun jawabnya dengan penuh bijak, “Nak, orangtua itu menyayangi anaknya tanpa mengharapkan pamrih sedikitpun, tidak ada harapan atau keinginan untuk mendapatkan balasan apapun dari anak-anak nya. Apa yang diberikan orangtua itu hanyalah wujud kasih sayang yang tulus untuk anak-anaknya, sebesar apa kasih sayang orang tua, akan terlihat dari perjuangan orangtua dalam membesarkan anak-anak nya. Membalas jasa orang tua tidak akan mungkin bisa dilakukan oleh seorang anak. Yang paling mungkin kamu lakukan adalah membalas jasa orangtua dengan cara melakukan hal yang sama atau bahkan lebih baik kepada anak-anakmu. Didik dan perlakukan anak-anakmu dengan baik jauh lebih baik dari apa yang kamu terima dulu. Melihat anak-anakmu tumbuh cerdas dan berakhlak baik adalah balasan terbaik buat Ibu”.

Ahh.. Ibuku.. Kau tetap bijaksana, sama seperti yang kukenal sejak masa kecilku dulu.

“Ya Allah berikanlah Ibuku umur yang barokah, dalam cinta Mu dan limpahan ridho Mu. Berikanlah senantiasa kebahagiaan dalam setiap detik perjuangan nya”.

“Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama robbayanii soghiiro…”

Hari ini pula, kegundahanku tak mampu kubendung, saat harapan Ibu menimang cucu dari anak laki-laki satu-satunya ini. Istriku divonis harus melakukan operasi dengan biaya yang tidak murah.

Comments