Barbershop Yu Me Gang Pinggir 118 Berdiri 1950

Kursi Cukur Antik
UNTUK mencari tempat potong rambut yang didirikan pada 1950 oleh Go Tjoe Tek (96) di Jalan Gang Pinggir 118, Kawasan Pecinan, tidaklah sulit. Bangunan tua dengan dinding tembok putih serta jendela kayu jati berwarna hijau itu mudah ditemukan, karena tepat di depan gedung Bank Mega.
Ketika saya berkunjung ke tempat itu, seorang lelaki menyambut ramah dan langsung memersilahkan duduk. Bagus Senjaya, atau Go Liang Sen, nama lelaki berusia 57 tahun itu. Ia merupakan anak kandung Go Tjoe Tek yang kini meneruskan usaha potong rambut yang sejak dulu menggunakan nama Barbershop Yu Me.
Di ruangan berukuran 3 x 5 meter itu nampak dua buah kursi untuk tempat cukur yang unik dari kayu jati buatan Singapura dengan besi penyangga berbentuk seperti pilar bangunan rumah.
Besi sebagai pijakan kaki tertulis huruf Mandarin bergambar gajah dan tertulis alamat pabrik pembuatnya, 43 Victoria ST SPO. Cermin besar menempel di dinding dan dibawahnya, sebuah meja tipis dari kayu lengkap dengan dua rak untuk meletakkan peralatan potong rambut.
Kursi tunggu kuno terbuat dari kayu jati dengan anyaman rotan ada empat buah ditambah kursi panjang dan satu kursi plastik dan meja kecil tempat majalah, juga ada di ruangan berlantai keramik putih itu.

''Usaha ini didirikan ayah saya mulai 1948, tetapi resmi menerima konsumen pada 1950. Khasnya, setelah potong rambut, konsumen mendapatkan pelayanan tambahan, yakni pembersihan telinga dengan korekan dari bulu Mentok,'' tutur bapak tiga anak itu.
Karena mendapat amanah untuk melanjutkan usaha, Koh Liang Sen, sapaan akrab Bagus Senjaya, mencari pengalaman ke Jakarta dan bekerja di barbershop. Ia pun kembali ke Semarang pada 1976 dan melanjutkan usaha ayahnya pada 1980.
Beragam gaya potong rambut seperti skedeng, bros, tapal kuda dan kuncung pun hingga kini, kata Koh Liang Sen, masih diminati konsumennya. Ia pun mengaku, tetap mempertahankan gaya potong rambut jaman dulu dan tidak bisa mengikuti gaya jaman sekarang.
''Kalau peralatan, dulu memakai tondes. Sekarang memakai alat potong rambut elektrik, karena, hasilnya lebih halus dan rapi. Pelanggan Papah pun sampai sekarang masih sering datang, meski bulan ini ada tiga pelanggan yang meninggal,'' jelasnya.
Koh Liang Sen memiliki pengalaman yang tak terlupakan. Ia pernah dipanggil ke markas militer oleh tentara ajudan jenderal untuk mencukur rambut sang jenderal. Saat mulai memotong rambut, tangannya pun gemetar.
''Sang jenderal ternyata tahu, kalau tangan saya gemetaran. Beliau pun meminta saya tidak takut, karena saya dan dia sama-sama manusia,'' tandasnya sambil tersenyum.
Salah satu pelanggan barbershop Yu Me, Harjanto Halim mengatakan, Koh Liang Sen merupakan satu-satunya tukang cukur yang bisa memotong rambut model "flat-top" dengan sempurna. Flat-top adalah model rambut bros dimana bagian atas rata-rata 1.5 cm.
''Mencukur bagian pinggir dan belakang baginya tidak sulit, tinggal dibabat habis kres kres kres. Tapi meratakan bagian atas, butuh kesabaran, stamina, serta kejelian prima. Karena harus benar-benar rata seperti landasan. Tarif cukurnya juga tidak terlalu mahal. Dia juga tahu semua gosip dan cerita yang lagi hangat beredar,'' paparnya. (MS)

Comments