Jalan-jalan ke Katoomba New South Wales Australia (2-Habis)

Lyre Bird, Bunyip dan Tulang Sihirnya

THREE Sister, terletak di Echo Point Katoomba, atau sekitar 2,5 kilometer dari Great Western Highway. Memiliki daya tarik dan menjadi magnet bagi jutaan orang dari seluruh dunia setiap tahunnya.
Three Sisters pada dasarnya adalah sebuah formasi batuan berbentuk unik dan menurut legenda Aborigin, merupakan tiga saudara perempuan yang dikutuk menjadi batu.
Karakter Three Sisters berubah sepanjang hari dan sepanjang musim, terutama saat sinar matahari memunculkan warna megahnya.  Masing-masing dari Three Sisters memiliki ketinggian 922 meter, 918 meter dan 906 meter dan berdiri 3000 meter di atas permukaan laut.
Dari legenda Aborigin, seperti yang tertulis di Echo Point disebutkan, ada tiga saudara, bernama Meehni, Wimlah, dan Gunnedoo yang tinggal di Lembah Jamison sebagai anggota suku Katoomba.

Wanita muda yang cantik itu jatuh cinta dengan tiga bersaudara dari suku Nepean. Namun, hukum adat melarang mereka untuk menikah. Saudara-saudara mereka pun tidak senang menerima undang-undang itu dan memutuskan untuk menggunakan kekuatan dengan menangkap tiga saudara perempuan sehingga menyebabkan pertempuran suku utama. Tiga bersaudara itu pun merasa terancam nyawanya. Sehingga, seorang dukun dari suku Katoomba mengubah tiga saudara perempuan menjadi batu untuk melindungi mereka dari bahaya apapun.
Ketika kondisi sudah aman, justru sang dukun mati terbunuh dalam pertempuran suku utama. Dan untuk mengembalikkan mantra agar tiga perempuan itu kembali menjadi manusia, sia-sia. Tiga saudara perempuan itupun akhirnya tetap dalam formasi batuan.
Dari legenda lainnya diceritakan, Meenhi, Wimlah dan Gunnedoo memiliki ayah seorang dukun. Namanya Tyawan. Kala itu, untuk mencari makan bagi anak-anaknya, Tyawan harus berjalan menyusuri lembah dan melewati sebuah lubang yang ditinggali oleh Bunyip, iblis atau roh jahatyang berasal dari cerita rakyat Australia.
Oleh karena itu setiap kali Tyawan harus melewati lubang dalam mencari makanan, dia akan meninggalkan anak-anaknya di sebuah tebing yang ada di belakang dinding berbatu.
Pada suatu ketika, Tyawan meminta anak-anaknya untuk menuruni tebing menuju lembah. Tiba-tiba, Meenhi dikejutkan oleh kelabang besar yang muncul dihadapannya.
Meenhi pun mengambil batu dan melemparkannya. Batu itu terus berguling menurutni tebing, dan masuk ke dalam lubang dimana Bunyip tingal.
Bunyip pun marah. Tak hanya tiga saudara perempuan itu yang ketakutan. Seluruh burung dan hewan yang ada di sekitar itu pun terdiam. Bunyip pun mendekati tiga perempuan itu. Mengetahui hal itu, Tyawan menggunakan tulang sihirnya untuk mengubah ketika anaknya menjadi batu. Marah dengan apa yang dilakukan Tyawan, Bunyip pun mengejar Tyawan.
Tyawan yang terpojok pun akhirnya merubah dirinya menjadi burung Lyre. Sebuah burung endemik Australia yang mampu menirukan suara manusia dan suara yang muncul dari lingkungannya. Setelah Bunyip menghilang, Tyawan pun berubah menjadi manusia lagi dan mencari tulang sihirnya untuk merubah tiga anaknya juga kembali menjadi manusia. Tetapi, upayanya itu gagal. Tulang sihirnya tidak ditemukan.
Tiga putrinya tetap menjadi tiga formasi batuan yang hingga kini menjadi magnet bagi wisatawan ketika berkunjung ke Sydney. ''Hati-hati kalau anda melihat Lyre Bird, dia sedang mencari tulang sihirnya,'' ujar Patrick, salah pemandu wisata di Echo Point. (MS)

Comments