Dibangun Swadaya Masyarakat, Bentuk Generasi Berprestasi

PAUD Mawar V Petompon

MESKI masih berusia satu tahun, Alika tanpa malu dan ragu menirukan gerakan sang guru, ketika musik yang diputar melalui VCD Player pagi itu menyenandungkan lagu berjudul Bintang Kecil. Di tengah 30-an anak, mental bocah perempuan itu benar-benar teruji. Meski gerakannya terlambat dan salah, ia tetap saja menari di barisan paling depan.
Itulah suasana pagi di Pos PAUD Mawar V yang didirikan tiga tahun lalu oleh Paguyuban Keluarga Besar RT 2 RW V Kelurahan Petompon, Kecamatan Gajahmungkur. Di ruangan 8 x 6 meter itu, suasana keceriaan anak-anak berusia satu hingga enam tahun yang terlihat setiap hari mulai pukul 08.00 sampai pukul 10.00.
Berbeda dengan Miftakhul Khoir (3), karena usianya lebih tua dari Alika, gerakan yang dicontohkan oleh para guru pun nyaris sama. Meski masih terlihat terlambat, ia harus melihat gerakan-gerakan yang dicontohkan sang guru.
Pembina Pos PAUD Mawar V Herry Sugono menuturkan, sebelum berdiri PAUD, anak-anak di kampung yang dihuni kalangan menengah ke bawah itu sering digunakan untuk mabuk-mabukan, bermain judi dan sejenisnya.
''Agar anak-anak tidak meniru, masyarakat pun bersepakat membangun sebuah wahana pendidikan. Tidak saja PAUD, gedung itu juga digunakan sebagai Rumah Pintar dan lahan di sampingnya kita dirikan mushala. Alhamdulillah, sekarang, kegiatan mabuk-mabukan dan kemaksiatan yang lain tidak terjadi lagi,'' paparnya saat ditemui di sela-sela penilaian Lomba Administrasi PKK dan Bina Keluarga Balita Posyandu tingkat Kota Semarang.
Ketua Pos PAUD Mawar V, Watiningsih, menjelaskan, karena terpilih mewakili Kecamatan Gajahmungkur untuk lomba administrasi tingkat Kota Semarang pihaknya terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan. Beragam kegiatan seperti pengenalan alam, pengenalan gerakan motorik halus maupun kasar diberikan kepada para siswa.
''Dahulu, sebelum ada PAUD, anak-anak lebih sering belajar dirumah dan kurang bersosialisasi. Kita berupaya membantu perkembangan anak, dengan bahasa, bersosialisasi, sopan, dan santun. Mereka juga tidak kita pungut biaya alias gratis, dengan kesadaran orang tua, mereka memberikan infaq semampunya,'' tuturnya didampingi Ketua RT 2, Samiyem SPd.
Samiyem menambahkan, mayoritas para orang tua siswa bekerja sebagai buruh kasar, karyawan pabrik, kuli batu, dan kuli serabutan. Untuk mengembangkan gedung dan menambah alat peraga pendidikan, pihaknya mengaku baru sekali dibantu oleh Pemerintah Kota Semarang.
''Kita juga patut bangga, salah satu siswa Naffa Lathi Riyanti, sering menjadi pemenang lomba, seperti Java Fashion Contest, Lomba Mewarnai dan Melengkapi Gambar,'' ujarnya.

Comments